Apa yang dimaksud Mobilitas Sosial atau apa Pengertian Mobilitas Sosial ? Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis, yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial pada istilah tersebut mengandung makna seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Seseorang yang mengalami perubahan kedudukan (status) sosial dari suatu lapisan ke lapisan lain baik menjadi lebih tinggi maupun menjadi lebih rendah dari sebelumnya atau hanya berpindah peran tanpa mengalami perubahan kedudukan disebut mobilitas sosial.
Pengertian
Pengertian Mobilitas Sosial menurut
pendapat para ahli, antara lain:
·
Anthony
Giddens: mobilitas sosial menunjuk pada gerakan dari orang per orang dan
kelompok-kelompok di antara kedudukan-kedudukan sosial ekonomi yang berbeda.
·
Horton
& Hunt: mobilitas sosial merupakan tindakan berpindah dari satu kelas
sosial ke kelas sosial lainnya.
·
Kimball
Young dan Raymond W. Mack: mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur
sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antar individu dalam kelompok
dan hubungan antara individu dan kelompoknya.
·
Paul
B. Horton: mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas
sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke
strata yang lainnya.
Beberapa
contoh lain mobilitas sosial dalam kehidupan masyarakat kita, misalnya seorang
pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi
seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang; seorang anak pengusaha ingin
mengikuti jejak ayahnya yang berhasil, lalu membuka usaha lain, namun gagal dan
akhirnya jatuh miskin. Dalam mobilitas sosial, selain terjadi perubahan dari
strata bawah ke strata atas, juga terjadi perubahan dari strata atas ke strata
bawah. Mobilitas sosial dapat berupa pergerakan sosial ke atas, tetapi juga
pergerakan sosial ke bawah.
Bentuk-Bentuk
Mobilitas Sosial. Berdasarkan bentuknya, mobilitas sosial dibedakan atas
mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal. Mobilitas sosial
positif/naik yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat
perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Mobilitas sosial
negatif/turun yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat
perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih buruk.
a.
Mobilitas Vertikal
Apakah yang dimaksud
mobilitas sosial vertikal? Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan
seseorang atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lain
yang tidak sederajat, baik pindah ke tingkat yang lebih tinggi (social climbing
) maupun turun ke tingkat lebih rendah (social sinking ).
1) Mobilitas Vertikal
ke Atas (Social Climbing )
Social climbing
adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan
seseorang atau naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial
yang lebih tinggi. Seorang karyawan yang karena prestasinya dinilai baik Aktivitas
Kelompok kemudian berhasil menduduki sebagai kepala bagian, manajer, bahkan
direktur suatu perusahaan merupakan contoh mobilitas sosial jenis ini. Bentuk social
climbing lain misalnya terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi
daripada lapisan sosial yang sudah ada.
2) Mobilitas Vertikal
ke Bawah ( Social sinking )
Social sinking merupakan
proses penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses social sinking sering
kali menimbulkan gejolak kejiwaan bagi seseorang karena ada perubahan pada hak
dan kewajibannya. Contoh, seorang pegawai diturunkan pangkatnya karena
melanggar aturan sehingga ia menjadi pegawai biasa. Social sinking dapat
terjadi karena berhalangan melaksanakan tugas, memasuki masa pensiun, turun
jabatan, atau dipecat. Social sinking, merupakan pergerakan atau perubahan status
sosial dari atas ke bawah.
b.
Mobilitas Horizontal
Mobilitas horizontal
adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan
sosial yang sama. Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau
objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial
lainnya yang sederajat. Pada mobilitas horizontal, tidak terjadi perubahan dalam
derajat kedudukan seseorang. Contoh seseorang yang pindah tugas dari Kepala
Dinas A menjadi Kepala Dinas B. Jadi ia mengalami mobilitas namun tetap dalam jabatan
sebagai kepala dinas.
Faktor-Faktor
Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
a.
Faktor Struktural
Struktur masyarakat sangat
terbuka akan lebih memungkinkan terjadinya Mobilitas Sosial, namun sebaliknya Struktur
masyarakat yang tertutup bisa menghambat terjadinya Mobilitas Sosial. Indonesia
sebagai Negara yang demokratis memiliki Struktural yang sangat terbuka. setiap warga
negara Indonesia dapat mencapai status sosial berupa jabatan politik yang tinggi.
Kedudukan yang tinggi bukan lagi didasarkan pada keturunan, tetapi pada
kemampuan hingga kemudian dipercaya menjadi pemimpin. Rakyat biasa sebagaimana
ketujuh tokoh di atas menjadi presiden bukan karena mereka keturunan presiden,
tetapi dipilih oleh rakyat. Hal ini tentu berbeda dengan sistem pemerintahan kerajaan
di mana pengganti raja adalah keturunan sang raja sendiri.
b.
Faktor Individu
Setiap individu
memiliki perbedaan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dua orang
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relatif setara belum tentu menjadi
berhasil dalam melaksanakan mobilitas sosial ke atas. Hal ini disebabkan
keberhasilan individu sangat ditentukan sikap dan perilaku individu tersebut.
Sebagai contoh, dua orang sarjana dari perguruan tinggi yang sama-sama melamar
pekerjaan di suatu perusahaan. Hanya satu orang yang diterima karena dianggap
memiliki ambisi dan komitmen dalam hidup. Kalian dapat menemukan berbagai
contoh perbedaan individu orang-orang di sekitar tempat tinggalmu, yang
memengaruhi peluang mereka mengalami mobilitas sosial ke atas.
c.
Faktor Sosial
Setiap perjuangan
diawali dari ketidakpuasan. Ketidakpuasan akan status sosial mendorong manusia
untuk terus berjuang segigih-gigihnya. Setiap manusia dilahirkan dalam status
sosial yang dimiliki oleh orangtuanya. Saat ia dilahirkan, tidak ada satu
manusia pun yang dapat memilih status. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan
yang diwariskan oleh orangtuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di lapisan
sosial yang lebih tinggi.
d.
Faktor Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat
menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Keadaan ekonomi yang baik
memudahkan individu dan kelompok melakukan mobilitas sosial. Kalian dapat
memperhatikan berbagai fenomena masyarakat di sekeliling kita. Masyarakat yang
kondisi ekonominya baik, cenderung lebih mudah melakukan mobilitas sosial.
Dengan kondisi ekonomi yang baik mereka mudah untuk memperoleh modal,
pendidikan, dan kesempatan lainnya. Hal ini tentu berbeda dengan masyarakat
yang mengalami kesulitan ekonomi atau bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan
dasarnya. Pada masyarakat yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar,
prioritas utama adalah pemenuhan kebutuhan primer.
e.
Faktor Politik
Bangsa Indonesia
patut bersyukur karena memiliki stabilitas politik yang baik. Kondisi negara
aman dan damai sehingga para pemimpin dapat menjalankan roda pembangunan dengan
baik. Semua rakyat berperan aktif dalam pembangunan. Kondisi ini tentu berbeda
dengan situasi Indonesia pada tahun 1945-1950. Pada masa tersebut, situasi
politik dalam negeri tidak menentu. Belanda masih berusaha menguasai Indonesia
sehingga memilih perang baru. Beberapa pemberontakan juga terjadi, yang membuat
pemerintah lebih sibuk mengurus keamanan negara daripada meningkatkan perekonomian.
Hal ini jelas memengaruhi mobilitas sosial warga negara.
f.
Kemudahan dalam Akses Pendidikan
Jika pendidikan
berkualitas mudah didapat, tentu mudah juga bagi orang untuk melakukan
pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperolehnya. Sebaliknya,
kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu menjadikan orang tak
menjalani pendidikan yang bagus, serta sulit untuk mengubah status karena
kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan.
Pada zaman
penjajahan, pendidikan sulit didapat bangsa Indonesia. Akibatnya, masyarakat
terkungkung dalam kebodohan. Jangankan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, membaca saja sebagian besar rakyat Indonesia tidak bisa. Penduduk
Indonesia yang dapat membaca dan menulis pada akhir masa penjajahan Jepang
tidak lebih dari 10%. Kalian dapat memperkirakan, pada masa penjajahan Belanda,
jumlah buta huruf di Indonesia tentu jauh lebih besar.
Berbeda dengan saat
ini, kita patut bersyukur karena rakyat Indonesia memiliki kesempatan yang sama
dalam mengakses pendidikan. Setiap orang punya kesempat memiliki pendidikan tinggi,
karena negara telah menyediakan berbagai kemudahan. Untuk pendidikan SD dan
SMP, negara telah membebaskan biaya dasar pendidikan. Walaupun demikian, tentu
bukan pendidikan gratis. Sebab, kalau ingin mutu sekolah semakin baik, tentu
diperlukan biaya yang tinggi juga. Untuk pendidikan tingkat menengah, beberapa
daerah juga telah membebaskan biaya pendidikan. Apabila masih terjadi
kesulitan, pemerintah dan swasta memberikan banyak beasiswa.
Faktor Penghambat
Mobilitas Sosial.
Beberapa faktor penghambat mobilitas sosial adalah sebagai berikut.
a.
Kemiskinan
Faktor ekonomi dapat
membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial
tertentu merupakan hal sangat sulit. Salah satu penyebab kemiskinan adalah
pendidikan yang rendah. Masyarakat yang berpendidikan rendah berpengaruh
terhadap kualitas sumber daya manusia. Akibatnya, tingkat kemudahan untuk
mendapatkan pekerjaan terbatas.
b.
Diskriminasi
Diskriminasi berarti
pembedaan perlakuan karena alasan perbedaan bang, suku, ras, agama, golongan.
Pada masa penjajahan, terjadi diskriminasi pemerintah Hindia Belanda terhadap
masyarakat keturunan Eropa dan masyarakat Indonesia. Dalam memperoleh
pendidikan, masyarakat Indonesia disediakan sekolah yang kualitasnya berbeda
dengan sekolah-sekolah untuk orang-orang Eropa. Hal ini tentu mempersulit
mobilitas sosial rakyat Indonesia.
Saluran-saluran
Mobilitas Sosial. Berikut
ini merupakan contoh saluran-saluran mobilitas sosial.
a.
Pendidikan
Pendidikan merupakan
saluran bagi mobilitas vertikal yang sering digunakan karena melalui pendidikan
orang dapat mengubah statusnya. Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya
merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap
sebagai social elevator (perangkat) yang mengangkat seseorang dari kedudukan
yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan
pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh,
seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang perguruan tinggi.
Setelah lulus, ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya
itu untuk berusaha. Setelah ia berhasil menjadi pedagang, secara otomatis
status sosialnya juga meningkat.
b.
Organisasi Politik
Banyak contoh orang
yang meniti perjuangan karir di organisasi politik dari tingkat rendah sampai
tingkat tinggi. Sebagai contoh, Presiden Republik Indonesia pertama Ir Sukarno.
Ketika mendirikan Partai Nasional Indonesia, Sukarno tidak memiliki jabatan di
pemerintahan. Namun, melalui perjuangan politiknya, Sukarno semakin dikenal
rakyat dan penjajah. Pada saat kemerdekaan, Sukarno dipilih menjadi Presiden
Republik Indonesia.
Seorang angota partai
politik yang profesional dan punya dedikasi tinggi kemungkinan besar akan cepat
mendapatkan status yang semakin tinggi dalam partainya sampai akhirnya menjadi
anggota dewan legislatif. Kalian dapat menemukan berbagai contoh perjuangan
orang-orang di partai politik di sekitar tempat tinggalmu.
c.
Organisasi Ekonomi
Organisasi yang
bergerak itu antara lain dalam bidang perusahan ataupun jasa umumnya memberikan
kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal.
Organisasi ekonomi itu antara lain koperasi dan badan usaha.
d.
Organisasi Profesi
Contoh organisasi
profesi lainnya yang dapat dijadikan sebagai saluran mobilitas vertikal adalah
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI),
Himpinan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), dan organisasi profesi lainnya.
Kalian dapat menemukan berbagai organisasi profesi yang ada di Indonesia.
Bagaimana organisasi
profesi dapat menjadi sarana saluran mobilitas vertikal? Karena organisasi
profesi merupakan himpunan orang-orang yang memiliki profesi yang sama sehingga
mereka akan lebih kompak dan kuat memperjuangkan profesinya.
Dampak Mobilitas
Sosial. Apakah
dampak terjadinya mobilitas sosial? Apabila semua mobilitas sosial bersifat ke
atas (social climbing), tentu semua orang akan merasa senang. Akan tetapi,
selalu ada 3 (tiga) kemungkinan mobilitas sosial, yakni ke bawah, ke atas, dan
ke samping. Karena itulah, kalian perlu memahami bahwa dampak terjadinya mobilitas
sosial bersifat positif dan negative.
Apakah
dampak positif terjadinya mobilitas sosial? Berikut ini beberapa dampak positif
terjadinya mobilitas sosial.
a.
Mendorong Seseorang untuk Lebih Maju
Terbukanya kesempatan
untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi
pada diri seseorang untuk maju di berbagai
bidang. Kalian dapat
membedakan kondisi Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan. Pada masa
penjajahan, banyak rakyat kecil yang tidak memiliki cita-cita menjadi camat,
bupati, atau gubernur. Hal ini karena tidak adanya kesempatan untuk itu.
Bagaimana dengan sekarang? Banyak rakyat kecil kemudian berhasil menjadi
pemimpin di berbagai bidang.
b.
Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial
Mobilitas sosial akan
lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik.
Contoh: Indonesia sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke
masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung
sumber daya manusia yang berkualitas. Hal itu berarti perlu peningkatan
kualitas pendidikan.
Keberhasilan mobilitas
sosial di Indonesia berarti membuat orang Indonesia memiliki kedudukan
terhormat. Cerdik cendekia yang semakin banyak secara langsung mendorong
terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat. Perubahan yang mudah dilihat,
misalnya, pada masyarakat desa. Penduduk yang berhasil melakukan mobilitas
sosial biasanya akan memengaruhi teman-teman atau masyarakat lainnya. Hal ini
berarti secara langsung akan mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di
desa tersebut. Penduduk yang sebagian besar berpendidikan rendah, kemudian
berpendidikan tinggi akan berpengaruh terhadap gaya hidup dan mata pencaharian
mereka.
c.
Meningkatkan Integrasi Sosial
Terjadinya mobilitas
sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi sosial. Contohnya,
ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai, dan norma-norma yang
dianut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta
integrasi sosial. Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat akan
mendapat respon yang berbeda dari masyarakat lain. Respon tersebut dapat berupa
tentangan, namun juga dapat berupa penerimaan. Penerimaan pengaruh yang
diakibatkan mobilitas sosial tentu merupakan salah satu contoh terjadinya
integrasi dalam masyarakat.
Apakah
dampak negatif mobilitas sosial?
a.
Terjadinya Konflik
Mobilitas sosial
merupakan salah satu perjuangan manusia dan kelompok sosial untuk mencapai
posisi sosial yang semakin tinggi. Dalam hal ini, sangat wajar kalau kemudian
timbul persaingan, yang kerap juga memicu konflik. Dalam perjalanan kehidupan
manusia, persaingan tidak dapat dihindarkan. Persaingan selalu muncul dengan
berbagai kategorinya. Bahkan, persaingan bisa menjelma menjadi konflik.
Perjuangan bangsa
Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan mendapat tentangan luar biasa dari
penjajah. Konflik ini tidak dapat dihindarkan bahkan sampai terjadi perang.
Sebagai contoh kecil, perjuangan karyawan bawahan di suatu perusahaan untuk mencapai
kedudukan yang lebih tinggi akan menghadapi persaingan dari karyawan lain.
Bahkan, dapat pula berhadapan dengan atasan yang takut kedudukannya digeser.
Contoh lain,
perjuangan di dalam partai politik dan antarpartai politik. Semua partai
politik berjuang salah satunya untuk memperoleh kekuasaan. Kondisi ini tentu
menimbulkan persaingan yang kadang memunculkan konflik. Kalian tentu masih
ingat peristiwa Gerakan 30 September 1965. Peristiwa tersebut merupakan salah
satu dampak negati f dari ambisi mereka, jabatan, atau kekuasaan yang lebih tinggi.
Persaingan antarpartai politik di Indonesia mengakibatkan konflik yang membahayakan
kelangsungan bangsa Indonesia.
Persaingan ataupun
konflik perlu disikapi dengan bijaksana. Persaingan tidak dapat dihindarkan,
tetapi persaingan yang tidak sehat akan menyebabkan konflik. Karena itulah,
setiap perubahan sosial hendaknya selalu dikelola dengan sikap yang positif.
Dengan demikian, tiap individu atau kelompok sosial yang berhasil atau gagal
dalam usaha melakukan mobilitas sosial ke atas sama-sama ikhlas menerima
kenyataan.
b.
Gangguan Psikologis
Seseorang yang
memiliki jabatan kadang khawatir kehilangan jabatan. Bahkan pada saat jabatan
yang dimiliki sudah lepas, kadang ia tidak rela melepaskan jabatan tersebut.
Banyak orang ya ng setelah kehilangan jabatan, baik karena diganti maupun
karena sudah selesai masa tugasnya (pensiun), menjadi mudah gelisah. Individu
yang mengalami keadaan seperti ini termasuk mengalami gangguan psikologis. Hal
tersebut akan membahayakan diri sendiri karena stres yang berkepanjangan akan
melahirkan berbagai penyakit psikis dan fisik lainnya. Contoh: darah tinggi,
asam lambung, insomnia merupakan penyakit yang salah satunya disebabkan
gangguan psikologis. Gangguan psikologis seperti di atas tentu tidak akan
terjadi pada individu yang lapang dada menerima keadaan, dan kemudian bertekad
untuk berubah.
Demikian
uraian tentang Pengertian Mobilitas
Sosial untuk menjawab pertanyaan apa yang dimaksud Mobilitas Sosial. Semoga ada manfaatnya, terima kasih
Terima kasih, informasi sangat bermanfaat. Kami menunggu update informasi lainnya.