Zaman sejarah pembentukan bumi dapat dibagi menjadi 4, yaitu Prakambrium, Paleozoikum, Mesozoikum, dan Kenozoikum. Berikut ini penejasannya. Permulaan terjadinya Bumi merupakan sebagian dari gumpalan gas dari Matahari. Gumpalan gas yang besar tersebut selalu dalam keadaan berputar. Dikarenakan sesuatu hal, terlepaslah sebagian gumpalan itu, walaupun seolah-olah dicampakkan sangat jauh, tetapi gumpalan itu masih tetap berputar terus menerus mengelilingi gumpalan besar (Matahari) tersebut. Gumpalan-gumpalan yang terpisah dan masih tetap berputar tersebut setelah mengalami proses pendinginan akan menjadi padat. Itulah yang disebut palanet-planet yang jumlahnya delapan. Berturut-turut nama-nama planet yang masuk susunan Matahari, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Dari
gumpalan yang terlepas tersebut (planet) terlepas pula sebagian dari planet,
tetapi juga tetap berputar dan mengelilingi gumpalan yang ditinggalkan, itulah
yang disebut Bulan atau Satelit.
Kejadian
tersebut memakan waktu yang sangat lama. Jadi, Bumi yang seperti sekarang ini
baru terjadi setelah berjuta-juta tahun yang lalu. Sesudah Bumi bertambah
dingin, berubahlah gas tersebut menjadi cairan dan lama-kelamaan bagian luarnya
makin padat sehingga pada permukaan bumi dapat ditempati manusia, tumbuh-tumbuhan
serta makhluk hidup lainnya.
Lapisan
kerak bumi paling luar memiliki ketebalan ± 1.200 km. Menurut ahli geologi,
pada permukaan bumi ini terdapat berbagai oksida yang sebagian besar (± 60%)
berupa oksida silikon (SiO2).
Sesudah
Bumi terbentuk bersama-sama planet lainnya, bahan-bahan yang lebih berat
menggumpal di dalam inti, sedangkan keraknya terdiri atas unsur-unsur silikon
dan magnesium. Lebih ke dalam lagi terdapat lapisan yang banyak mengandung
unsur persenyawaan logam sulfida. Yang paling dalam adalah inti yang mengandung
besi dan nikel. Tebal dari masing-masing bagian dapat diketahui dengan
menyelidiki jalannya gelombang gempa karena gelombang dibiaskan oleh lapisan
tadi sesuai dengan kecepatan gelombang pada lapisan tersebut.
Zaman sejarah
pembentukan bumi dapat dibagi menjadi 4, yaitu Prakambrium, Paleozoikum,
Mesozoikum, dan Kenozoikum.
1.
Prakambrium
Zaman
Prakambrium lebih tua dari zaman Kambrium, di mana lapisan-lapisannya terdapat
di bawah lapisan-lapisan yang mengandung fosil. Jelasnya, lapisan batuan baru
dikatakan pasti berumur Prakambrium jika tertutup lapisan yang berfosil
Kambrium. Penampakan batuan Prakambrium sangat jarang sekali dijumpai di
permukaan bumi, hanya di beberapa daerah dan terbatas pada tempat tertentu.
Diperkirakan batuan Prakambrium tampak di permukaan bumi karena batuan-batuan
itu sejak terjadi tidak pernah tertutup oleh sedimen yang lebih muda dan
sedimen-sedimen muda yang ada sudah habis terkikis oleh erosi. Umumnya
daerah-daerah itu merupakan bagian pusat benua.
Karena
bentuknya agak melingkar dan permukaannya sedikit cembung maka inti-inti
Prakambrium disebut perisai benua. Di sekitar bagian pusat yang berbentuk
perisai itu, lapisan Prakambrium tertutup oleh lapisan-lapisan yang lebih muda,
makin jauh dari bagian pusat akan semakin tebal.
Lapisan
Prakambrium terdiri atas batuan-batuan berhablur, baik yang berasal dari pembekuan
magma cair, maupun dari peleburan dan penghabluran kembali sedimen-sedimen dan
batu-batuan lainnya, yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dan fisis pada
sedimen-sedimen dan batuan beku.
Seringkali
batu-batuan Prakambrium sangat sulit diselidiki untuk mengetahui proses manakah
di antara ketiga proses tersebut yang sesungguhnya telah membentuk batuan tadi,
dan diantaranya dapat ditemukan bentuk-bentuk peralihan. Oleh sebab itu,
pelapisan seperti pada sedimen-sedimen tidak banyak diketahui. Seandainya
terdapat perlapisan maka seringkali hal ini disebabkan juga oleh
perubahan-perubahan fisis dan kimiawi tertentu pada tekanan yang tinggi.
Hubungan dalam ruang dari batuan sangat rumit dan sulit untuk diuraikan.
Pada
masa Prakambrium dapat diketahui pula bahwa di beberapa daerah terdapat iklim
yang sangat dingin (endapan terbentuk oleh es darat atau gletser), sedangkan
pada saat lain, iklimnya panas dan lembap (lapisan yang berwarna merah dengan
rekah kerut), tetapi sangat sukar untuk menentukan iklim dari lapisan-lapisan
sedimen yang ada. Pada waktu itu permukaan bumi yang ada di atas muka laut
merupakan gurun, yang tidak disebabkan karena kekurangan air yang sangat besar
(Sahara), tetapi karena pada waktu itu belum terdapat tumbuh-tumbuhan darat.
Faktor lain adalah adanya oksigen bebas dalam atmosfer, yang jauh lebih sedikit
daripada sekarang.
Sesudah
diadakan penelitian dan penyelidikan yang saksama terhadap sisa-sisa batuan,
diketahui bahwa pada masa Prakambrium tidak ditemukan bentuk-bentuk hidup
dengan tekstur dan bentuk yang terang/jelas. Tekstur adalah istilah
yang dipakai untuk bentuk-bentuk dan arah-arah di dalam batuan, misalnya
tekstur butir. Struktur adalah istilah yang lebih banyak dipakai
untuk bentuk-bentuk yang terbangunkan oleh kumpulan batuan kubah. Di samping
itu juga didapati jejak rayapan cacing atau binatang serupa itu. Dalam masa
Prakambrium tidak ada jasad-jasad yang dapat membuat rangka yang keras sehingga
pemfosilan tidak mungkin terjadi.
2. Paleozoikum
a. Kambrium
Endapan yang
terbentuk pada masa Kambrium banyak ditemukan fosil sehingga banyaklah yang
dapat diketahui tentang keadaan kehidupan masa itu. Masa ini ditandai oleh
adanya endapan-endapan yang mengandung jasad-jasad fosil yang telah mencapai
tingkat perkembangan yang tinggi, bila dibandingkan dengan yang dijumpai pada
masa Prakambrium. Semua masih hidup terbatas pada air. Oleh karena itu,
sisa-sisa peninggalannya hanya berupa jasad-jasad air, terutama jasad-jasad
samudera. Contohnya archaecyata dan binatang Trilobit Olenellus.
1)
Archaecyatha
Peranannya seperti
binatang karang. Jenis ini banyak membentuk endapan-endapan gamping yang tebal.
Pembentukannya seperti yang dibuat oleh binatang karang sekarang ini di
laut-laut daerah tropika. Gamping yang mengandung Archaecyatha telah banyak
ditemukan di California, Siberia, Spanyol, Australia, dan lain-lain.
2)
Binatang
Yang menjadi fosil
penunjuk yang terpenting yang pada zaman Kambrium adalah Trilobita, yaitu
sebangsa jenis udang-udangan yang berkulit keras.
Batuan pada masa
Kambrium bercirikan endapan gamping yang mengandung banyak pirit, sedimen
pasir, dan berlempung yang kaya akan fosil. Pada masa ini tidak terdapat batas
iklim yang nyata, jasad yang membentuk gamping memerlukan air yang hangat.
Jadi, pada saat itu iklimnya sedang, bahkan panas. Masa Kambrium ditaksir
lamanya 70 juta tahun.
Anggapan
yang menyebabkan binatang-binatang yang dapat memfosil semakin banyak dan
ditemukan sebagian besar di daerah tertentu, misalnya Kanada Barat sebagai
berikut.
·
Pada
masa Kambrium, batu-batuan terkena pengaruh metamorfosa lebih kecil sehingga
lapisan-lapisan batu-batuan yang telah diendapkan dalam zaman geologi yang
lebih muda. Contohnya lempung lemigrad untuk pembuatan barang-barang
pecah-belah.
·
Setelah
Prakambrium, beberapa kelompok binatang lebih banyak mempunyai kerangka maka
kemungkinan untuk memfosil lebih besar.
Dengan
menggunakan fosil maka dapat diketahui 3 macam zaman Kambrium, yaitu fauna
Kambrium bawah, fauna Kambrium tengah, dan fauna Kambrium atas.
·
Fauna
kambrium bawah
Masih bersifat
kosmopolit, yaitu binatang-binatang masih terdapat di mana-mana di dunia
(Trilobit Olenellus).
·
Fauna
kambrium tengah
Sudah terbagi menjadi
daerah-daerah fauna pasifik dan Atlantik. Daerah Atlantik sebagai fosil
binatang Paradoxides (Pasifik Olenoides).
·
Fauna
kambrium atas
Daerah fauna Pasifik
bercirikan Diclocephalus dan terus menembus Eropa-Tiongkok-Tibet sampai
Spanyol. Daerah fauna Atlantik bercirikan Olenus.
2.
Silur
Pada
zaman Silur, penyebaran fauna lebih luas dibandingkan dengan masa Kambrium.
Banyak kelompok binatang baru muncul pada zaman Silur ini. Di antaranya yang
terpenting adalah Vertebrata atau binatang bertulang punggung. Graptalit adalah
ciri fosil penujuk pada masa Silur dan merupakan kumpulan/kalori binatang kecil
yang disebut Rabdosoma.
Sedimen
pasir gamping, kebanyakan diendapkan pada tempat-tempat daerah yang terangkat
di dekatnya. Banyak binatang karang berkembang biak dengan baik sehingga
jasad-jasadnya meninggalkan lapisan batu gamping yang tebal.
Sedimen
dengan ciri fasies Graptalit terbentuknya di lautan yang dalam, tetapi kini
ternyata kebanyakan di antara lempung-lempung itu diendapkan di lautan yang
dangkal, yang kadang-kadang tertutup oleh ganggang laut. Hal ini menyebabkan
laut berwarna hitam (Laut Hitam).
Di
Indonesia zaman Silur adalah zaman yang tertua yang diketahui. Fosil Silur
berupa koral bulat yang bernama Halisites, telah banyak ditemukan orang dalam
batu-batu lepas dalam suatu sungai di Papua.
Air
hujan di Niagara terjadi pada endapan-endapan Silur. Iklim pada zaman Silur di
mana-mana mengalami panas yang hampir sama dengan masa Kambrium. Adanya sisa
evaporit-evaporit menunjukkan adanya iklim yang kering dan mungkin ada suasana
gurun.
3. Devon
Zaman
ini bercirikan munculnya tumbuh-tumbuhan darat dan binatang bertulang punggung.
Di laut dijumpai perkembangan luas kelompok-kelompok binatang yang tidak
bertulang punggung, seperti Amronit. Pada dasarnya Devon terbagi atas 3 macam,
yaitu Devon bawah, Devon tengah, dan Devon atas.
Pada
umumnya daerah Old Red Sandstone (ORS) terdiri atas Arkosa
Konglomerat, batu pasir, yang kesemuanya berasal dari perombakan pegunungan
Kaledonia. Daerah ORS ini meliputi daerah sekitar pegunungan Kaledonia,
Inggris, Skotlandia, Skandinavia, Spitsbergen, Grondalia, hingga jauh melampaui
dataran tinggi Rusia. Khusus di Grondalia, ORS berselang-seling dengan
endapan-endapan laut dangkal. Demikian pula di Tiongkok terdapat endapan ORS,
terutama di Kuangli (karena ada hubungan lautan pada saat benua Eropa dan Asia
masih bersatu).
Pada
zaman Devon banyak ditemukan lapisan-lapisan endapan daratan yang sungguh luas.
Banyak di antaranya diendapkan dalam sungai atau dalam danau. Dalam lapisan
banyak ditemukan fosil-fosil ikan, demikian pula perkembangan tumbuhan daratan
baru berarti setelah zaman Devon.
Pada
zaman Devon keadaan iklim sangat panas, dan di daerah tropika banyak hujan
disertai tumbuhan berkembang, mengakibatkan terjadinya tanah merah yang
bersifat laten. Di samping itu dengan adanya sungai-sungai dan danau-danau,
menunjukkan iklim yang agak lembab. Di beberapa tempat ditemukan bekas-bekas
yang menunjukkan adanya gletser-gletser besar. Bekas-bekas ini ditemukan di
Afrika Selatan, Grondalia, dan Amerika.
Di
Indonesia zaman Devon hanya dapat ditunjukkan di beberapa tempat saja, yaitu
dengan adanya Heliolithes dan Tetracoralla. Clathrodyctyon daerah sungai Telen
di Kalimantan adalah satu-satunya tempat di Indonesia yang telah terbukti
mempunyai batuan-batuan Devon.
4. Karbon
Zaman
ini ditandai dengan timbulnya sejumlah besar karbon bebas di pelbagai bagian
dunia. Karbon atau Carbonium atau Arang ini amat berpengaruh pada keadaan
cuaca/iklim. Pada zaman Karbon ini terjadi pembentukan pegunungan; hal-hal
inilah yang menyebabkan zaman Karbon dapat dikenal dengan nyata. Terjadinya
batu bara sangat erat hubungannya dengan pengangkatan dan pembentukan
pegunungan.
Adanya
karang menunjukkan iklim sedang yang agak panas; adanya sedimen Klasika yang
berwarna merah dengan rekah kerut menandakan iklim kering/arid. Adanya
tumbuh-tumbuhan dengan daun yang cukup rindang menunjukkan adanya pelembagaan.
Tidak adanya lingkaran tahun pada batang-batang serta tumbuh terus,
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang menyolok. Endapan batu bara yang
berwarna merah menunjukkan peninggalan yang kering dan gersang.
Perkembangan
naptelia, amfibia yang muncul pada zaman Devon mengalami perkembangan pesat,
demikian pula perkembangan serangga, lebah, dan lipan. Serangga pada zaman ini
ialah pemakan daging/bangkai. Pada tempat di mana karbon diendapkan sebagai
lapisan dasar laut, di sana dijumpai karang/koral dalam jumlah yang besar.
Perkembangan
tumbuhan (paku/pakis, kawat/sumbar batu) lebih nyata dibandingkan dengan
binatang bertulang punggung.
5. Perm
Ciri-ciri
perm ialah bahwa letak lapisan yang diskor dan di atas karbon mengandung batu
bara, juga adanya penyimpangan fauna laut dari 2 karbon fosil pada zaman
Paleozoikum akhir.
Di
Indonesia peninggalan perm ditemukan di Timor pada lembah sungai Noil, besi di
Miaffo Timor Barat Daya berupa lapisan lava-lava bantal (kegiatan vulkanik). Di
Sumatera berupa gamping dan koral disertai dengan batuan dari gunung berapi.
Lapisan perm mengandung minyak, koalium (bahan porselin), lempung keramik,
besi, dan batu bara.
Pada
umumnya dalam sejarah bumi ditemukan kaidah-kaidah sebagai berikut.
·
Bila
perbedaan tinggi topografi tidak seberapa dan terdapat genangan laut yang luas
maka akan terdapat iklim yang agak panas dan merata di bagian bumi yang luas.
·
Bila
perbedaan tinggi topografi besar, yaitu selama sesudah ada orogenese atau
pengangkatan pegunungan yang meluas di seluruh dunia, ada pembagian iklim dalam
beberapa daerah, yaitu iklim kutub, sedang, kering, gersang, dan iklim hujan
tropis.
Jadi,
dari masa Paleozoikum dan Prakambrium dapat disimpulkan beberapa hal, yakni
sebagai berikut.
·
Pada
zaman Azoikum dapat dikatakan belum ada kehidupan sama sekali, barulah pada
zaman Protonozoikum mulai ada kehidupan.
·
Pada
zaman Paleozoikum mulai ada fosil-fosil baik berasal dari flora maupun fauna.
·
Pada
zaman Paleozoikum dapat disebut mulai ada tingkat kehidupan. Pada saat itu
mulai timbul berbagai kehidupan seperti tumbuhan daratan pertama, trolobita,
ikan, ubur-ubur, di mana tingkat kehidupan masih sangat sederhana.
3.
Mesozoikum
Masa
Mesozoikum terdiri atas zaman kapur, jura, dan trias. Zaman kapur berumur
kurang lebih 90 juta tahun, jura 140 tahun, dan trias 190 tahun. Ketiga zaman
ini disebut tingkat kehidupan pertengahan.
Keadaan
iklim pada waktu itu adalah panas dan basah. Hal ini dapat diketahui dengan
adanya pertumbuhan dan perkembangan flora dan fauna yang ada pada saat itu.
Pada zaman ini mulai timbul dan berkembang tumbuh-tumbuhan berdaun lebar,
binatang melata, amfibi, dan ikan serta binatang menyusui pertama. Kehidupan
flora dan fauna penyebarannya terbatas.
4.
Kenozoikum/Neozoikum
Masa
Kenozoikum disebut juga masa Neozoikum, terdiri atas zaman tersier dan
kwartir dan merupakan tingkat kehidupan baru.
1. Zaman
Tersier
Zaman
tersier terbagi menjadi zaman eosen, oligosen, dan pleiosen. Zaman eosen
berumur 70 juta, oligosen 42 juta tahun, miosen 30 juta tahun, dan pleiosen 16
juta tahun.
Pada
zaman tersier tumbuh-tumbuhan berkembang biak dan meluas ke seluruh wilayah
kontinen, demikian juga mulai timbul dan berkembang tumbuh-tumbuhan berbunga.
Binatang menyusui dan burung-burung mulai meluas pada zaman ini. Keadaan iklim
tidak begitu berbeda dengan zaman sekunder. Pada zaman ini batu bara muda mulai
terbentuk.
2. Zaman
Kwartir
Zaman
kwartir terdiri atas zaman pleistosen atau dilluvium dan zaman holosen atau
alluvium. Kedua zaman ini berumur kurang lebih 3 juta tahun yang lalu. Pada
zaman kwartir telah muncul manusia pertama.
Demikian
uraian singkat pembelajaran tentang Zaman
Sejarah Pembentukan Bumi (Prakambrium, Paleozoikum, Mesozoikum, dan Kenozoikum).
Selamat belajar.
Terima kasih, informasi sangat bermanfaat. Kami menunggu update informasi lainnya.