A. Pengertian Media Pembelajaran
AECT (Association of Education and Communication Technology) pada tahun 1977 telah memberi batasan
tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi. Sejalan dengan pendapat di atas, Arsyad
(2011:4) menyatakan bahwa media adalah alat untuk menyampaikan atau
mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Menurut Brigss sebagaimana dikutip Nuryani
(2005:114) media pembelajaran merupakan peralatan fisik untuk menawarkan atau
menyampaikan isi pembelajaran. Sedangkan menurut Hamalik (1994:12), media
pembelajaran merupakan alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka
lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Berdasarkan pendapat di atas, ada dua
komponen yang terdapat dalam media pembelajaran, yakni 1) komponen isi atau
pesan atau komponen materi pembelajaran, dan 2) komponen alat yang digunakan
untuk mengantarkan isi atau pesan. Komponen pertama sering disebut dengan software
atau perangkat lunak, sedangkan komponen kedua dinamakan hardware atau
perangkat keras.
Sejalan dengan pendapat di atas Aqib
(2010:58) menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai “segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang
digunakan untuk membantu proses pembelajaran. Hal ini berarti media
pembelajaran merupakan sumber belajar. Sebagai sumber belajar media dapat
diartikan dengan manusia, benda atau pun peristiwa yang membuat kondisi siswa
untuk lebih memungkinkan memperoleh pengetahuan keterampilan maupun sikap.
B. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Pada mulanya media hanya berupa alat bantu
mengajar yang hanya digunakan di dalam kelas. Namun dalam perkembangannya,
media tidak cukup hanya digunakan di dalam kelas saja, akan tetapi dimungkinkan
juga penggunaannya di luar kelas.
Pada tahun 1964, Edgar Dale mengembangkan
“kerucut pengalaman”. Kerucut pengalaman itu dimulai dari pebelajar sebagai
partisipan dalam pengalaman sesungguhnya, menuju pebelajar sebagai pengamat
atas suatu kejadian tak langsung (melalui beberapa medium), dan akhirnya
pebelajar itu mengamati simbul-simbul yang mewakili kejadian itu (Nur,
2000). Dale menyatakan bahwa pebelajar dapat mengambil manfaat dari
kegiatan yang lebih abstrak, asalkan mereka telah membangun sejumlah pengalaman
lebih konkrit untuk memaknai penyajian realitas yang lebih abstrak tersebut.
Gambar 4-4 memperlihatkan kerucut pengalaman Dale tersebut, disertai rumusan
Bruner di sampingnya.
|
Kerucut pengalaman tersebut memberikan
gambaran bahwa proses pembelajaran dengan cara melakukan sendiri dan melihat
(fokus pada keterlibatan siswa) lebih besar pengaruhnya dari pada proses
mendengarkan. Agar kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada proses
keterlibatan siswa maka ketersediaaan media pembelajaran mutlak diperlukan.
Berdasarkan kerucut pengalaman tersebut, media pembelajaran memiliki peranan
yang sangat vital bagi keberhasilan proses pembelajaran.
Seiring dengan kemajuan teknologi, maka
perkembangan media pembelajaran begitu cepat. Selain memiliki ciri-ciri umum, masing-masing media pembelajaran
memiliki ciri-ciri, kelebihan dan kekurangan tersendiri. Ciri-ciri umum dari
media pembelajaran menurut Hamalik (1994:12), adalah:
- Media pembelajaran identik dengan pengertian peragaan yang berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat dan didengar dan yang dapat diamati melalui panca indera.
- Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang dapat dilihat dan didengar.
- Media pembelajaran digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan siswa.
- Media pembelajaran adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas.
- Media pembelajaran merupakan suatu “perantara” (medium, media) dan digunakan dalam rangka belajar.
- Media pembelajaran mengandung aspek, sebagai alat dan sebagi teknik yang erat pertaliannya dengan metode belajar.”
Dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas,
dapat ditarik pengertian pokok tentang media pembelajaran, yaitu:
- Media pembelajaran identik dengan alat peraga.
- Media pembelajaran merupakan suatu sarana untuk terciptanya suatu proses pembelajaran yang dapat menunjang efektivitas keberhasilan belajar siswa.
- Media pembelajaran tidak hanya digunakan dalam kelas saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan di luar kelas.
Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki setiap media, Rudi Bretz
(Sadiman, 1993:20) membagi media dalam delapan klasifikasi, yakni:
- Media audio visual gerak.
- Media audio visual diam.
- Media audio semi gerak.
- Media visual gerak.
- Media visual diam.
- Media visual semi gerak.
- Media audio.
- Media cetak.
Media Pembelaran ini Bisa digunakan sebagai media Audio Visul diam maupun Gerak |
Susilana (2009:209) yang mengelompokkan media berdasarkan bentuk penyajian dan cara penyajiannya membagi media dalam tujuh kelompok yaitu (a) media grafis, bahan cetak, dan gambar diam; (b) media proyeksi diam; (c) media audio; (d) media audio visual; (e) media gambar hidup/film; (f) media televisi; (g) multi media.
Menurut Briggs (Sadiman, 1993:23), media
pembelajaran terbagi dalam 13 macam, yaitu:
- Objek.
- Model.
- Suara langsung.
- Rekaman audio.
- Media cetak.
- Pembelajaran terprogram.
- Papan tulis.
- Media transparansi.
- Film rangkai.
- Film bingkai.
- Film.
- Televisi.
- Gambar.
Jenis media yang lebih lengkap dikemukakan
Seels dan Glasgow (1990:181-183) yang membagi media dalam dua katagori luas
yaitu media tradisional dan mutakhir. Yang termasuk media tradisional adalah:
- Visual diam yang diproyeksi
- Visual yang tak diproyeksi
- Audio
- Penyajian multimedia
- Visual dinamis yang diproyeksikan
- Cetak
- Permainan
- Realia
Adapun yang termasuk media teknologi mutakhir
adalah
- Media berbasis telekomunikasi
- Media berbasis microprosesor
- Computer assited instructional
- Permainan computer
- Interaktif
- Hypermedia
- Compact (video) disk
Perkembangan pendidikan yang sangat pesat,
berpengaruh pada perkembangan psikologi belajar dan sistem intruksional.
Keadaan tersebut, mendorong dan berakibat juga pada kemajuan teknologi
pembelajaran dan penambahan baru pada media pembelajaran. Pemikiran-pemikiran
dan penemuan baru itu, terjadi antara lain dalam penggunaan multi media dan
pusat sumber belajar. Kedua media ini, dianggap sebagai suatu kemajuan besar
dan mempunyai peranan yang penting dalam bidang media pembelajaran, yang
berfungsi untuk menunjang pelaksanaan sistem intruksional yang lebih efektif.
Hamalik (1994:188) mengelompokkan jenis media
yang termasuk dalam katagori multi media, yakni:
- Gambar
- Slide
- Film strip
- Rekaman
- Transparan
- Video tape.
Adapun jenis media yang termasuk dalam
katagori pusat sumber belajar menurut Hamalik (1994:195), yakni suatu sistem
atau perangkat materi yang sengaja disiapkan atau diciptakan dengan maksud
memungkinkan atau memberi kesempatan siswa belajar. Sumber belajar merupakan
semua sumber yang dapat dipakai oleh siswa, baik secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama dengan siswa lainnya untuk memudahkan belajar. Sedangkan yang
dimaksud pusat sumber belajar adalah suatu tempat yang disiapkan secara khusus
dengan maksud penyimpanan dan penggunaan suatu kumpulan sumber-sumber, dalam
bentuk tercetak dan tak tercetak. Belajar berdasarkan suatu sumber mengandung
makna sistem belajar yang terpusat pada siswa, diindividualisasikan dan sangat
berstruktur yang menggunakan sepenuhnya sumber-sumber yang bermakna, yakni
benda dan manusia, dalam rangka menciptakan
situasi belajar yang efektif.
AECT sebagaimana dikutip oleh Rohani
(1991:155-156), mengklasifikasikan media sebagai sumber belajar menjadi enam
macam, yaitu:
- Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh komponen lain yang dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data. Termasuk dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi/mata kuliah atau bahan pengajaran yang diajarkan kepada siswa, dan sebagainya.
- People (orang), yakni manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini misalnya guru/dosen, tutor siswa dan sebaginya.
- Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat perangkat keras atau pun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk media materials seperti transportasi, slide, film, audio, video, modul, majalah, buku dan sebagainya.
- Device (alat), yakni (suatu perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan, misalnya OHP, slide, video, tape recorder, dan sebagainya.
- Technique (teknik), yaitu prosedur atau acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang, lingkungan untuk menyampaikan pesan. Misalnya pengajaran terprogram/modul, simulasi, demonstrasi, tanya jawab, CBSA, dan sebagainya.
- Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar di mana pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik ruang kelas, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan, dan sebagainya. Juga lingkungan non fisik, misalnya suasana belajar itu sendiri, tenang, lelah, ramai dan sebagainya.
Media pembelajaran kalau dilihat dari sudut
pandang yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada alat-alat audio visual saja
yang dapat dilihat dan dapat didengar, melainkan juga sampai pada kondisi
pribadi siswa dan tingkah laku guru.
Berdasarkan hal tersebut, media pembelajaran menurut Hamalik (1994:36-37) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Berdasarkan hal tersebut, media pembelajaran menurut Hamalik (1994:36-37) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Bahan-bahan cetakan atau bacaan (supplementary materials), berupa bahan bacaan seperti: buku, komik, koran, majalah, buletin, pamflet dan lain-lain. Bahan-bahan ini lebih mengutamakan kegiatan bacaan dan menggunakan simbol-simbol kata atau visual.
- Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, terdiri atas:
- Media pembelajaran tanpa proyeksi, seperti papan tulis, papan tempel, papan flannel, bagan, diagram, grafik, poster, kartun, komik, gambar.
- Media pembelajaran tiga dimensi, alat-alat yang tergolong kepada kategori ini terdiri model benda asli, benda tiruan, boneka, topeng, dan lainnya
- Media pembelajaran yang menggunakan teknik atau mesin, alat-alat yang tergolong dalam kategori ini antara lain, slide, film, kaset rekaman, radio, televisi, laboratorium elektronik, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi dan komputer.
- Sumber-sumber masyarakat berupa objek-objek peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan makalah dan sebagainya. Dari berbagai bidang meliputi data kependudukan, sejarah, jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, pemerintah, kebudayaan, politik dan lain-lain. Untuk mempelajari hal tersebut, diperlukan berbagai metode seperti karya wisata, survei, berkemah, pengabdian sosial, praktek kerja nyata atau lapangan dan lain-lain.
- Kumpulan benda-benda (materials collection), berupa benda atau barang-barang yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari seperti, potongan kaca, potongan sendok, daun, benih, bibit, bahan kimia, dan lain-lain.
- Contoh-contoh kelakuan yang dicontohkan oleh guru, meliputi semua contoh kelakuan yang dipertunjukkan oleh guru sewaktu mengajar, misalnya, dengan tangan, kaki, gerakan badan, mimik dan lain-lain. Peragaan yang tergolong dalam kategori ini tak mungkin disebutkan satu-satu, karena sangat banyak macamnya dan sangat tergantung kepada kreasi dan inisiatif pribadi guru sendiri, tetapi pada pokoknya jenis media ini hanya dapat dilihat, didengarkan, dan ditiru oleh siswa.
Agak berbeda dari beberapa pendapat di atas,
Smaldino, Lowther, dan Russel (2011:7)
mengkatagorikan media dalam enam katagori dasar, yakni teks, audio, visual,
video, perekayasa (manipulative), dan orang-orang. Teks merupakan karakter
alfanumerik yang mungkin ditampilkan dalam format apapun, seperti buku, papan
tulis, dan sebagainya. Audio mencakup apa saja yang bias didengar. Visual
meliputi diagram pada sebuah poster, gambar, foto dan lainnya. Video merupakan
media yang menampilkan gerakan, termasuk DVD, rekaman video, animasi komputer
dan sebagainya. Perekayasa dimaksud sebagai benda tiga dimensi, bisa disentuh
dan dipegang oleh siswa. Dan katagori terakhir adalah orang, termasuk
didalamnya guru, siswa atau para ahli.
C. Manfaat Media Pembelajaran
Arsyad (2011:15) menyatakan bahwa: “Fungsi
utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan
oleh guru”. Pernyataan di atas memberi penegasan bahwa media merupakan alat
bantu bagi terciptanya kegiatan belajar dan pembelajaran.
Sudjana (2010:99-100), mengemukakan ada enam
fungsi dari alat peraga dalam proses belajar mengajar, yaitu:
- Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif.
- Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.
- Alat peraga dalam pembelajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pembelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran/pembelajaran.
- Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran bukan semata-mata sebagai alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
- Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran lebih diutamakan agar siswa dapat memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.
- Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran lebih diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar dan pembelajaran. Dengan perkataan lain melalui menggunakan alat peraga hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat oleh siswa, sehingga pembelajaran mempunyai nilai yang tinggi
Levie dan Lentz (Arsyad, 2011:16)
mengemukakan 4 Fungsi media pembelajaran, yakni a) fungsi atensi; b) fungsi
afektif; c) fungsi kognitif; dan d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi merupakan fungsi inti media
yakni manarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada
materi pembelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang disampaikan atau
menyertai materi pembelajaran. Fungsi afektif berkaitan dengan perasaan senang
yang dimiliki siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Fungsi kognitif
mengandung makna bahwa lambing visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian
tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar atau media pembelajaran. Sedangkan fungsi kompensatoris
mengadung makna bahwa media berfungsi untuk mengakomodasikan atau membantu
siswa yang lemah dan lambat menerima atau memahami materi pembelajaran yang
disajikan dengan teks (verbal).
Kemp dan Dayton (1985:3-4) mengemukakan
beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media
sebagai bagian integral dalam kegiatan pembelajaran di kelas, yakni:
- Penyampaian materi pembelajaran menjadi baku
- Pembelajaran menjadi lebih interaktif
- Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat namun hasil lebih maksimal
- Kualitas hasil pembelajaran dapat ditingkatkan
- Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana saja
- Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
- Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa mediapembelajaran memiliki fungsi yang sangat berpengaruh bagi pencapaian tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penggunaan media, guru harus mampu
menggunakan berbagai jenis media semaksimal mungkin, termasuk juga melakukan
percontohan di depan kelas sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi
pembelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut.
D Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Menurut Arsyad (2011:75) ada enam kriteria yang harus diperhatikan guru dalam
pemilihan media. Keenam kriteria tersebut adalah:
- Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
- Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.
- Praktis, luwes dan bertahan
- Guru terampil menggunakannya
- Pengelompokkan sasaran
- Mutu teknis
Kriteria yang paling utama dari enam kriteria
dalam pemilihan media adalah kesesuaian pemilihan dan penggunaan media dengan
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai, isi materi
pembelajaran, dan guru harus terampil mengunakannya Sebagai contoh, apabila
tujuan atau kompetensi siswa bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media
audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai
bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau
tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan
video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat
melengkapi seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan siswa; ketersediaan; dan mutu
teknis.
Warsita (2008:253) mengemukakan ada sembilan
kriteria dalam pemilihan media pembelajaran, yakni:
- Kesesuian media dengan tujuan atau kompetensi
- Kesesuian media dengan jenis pengetahuan
- Kesesuian media dengan sasaran
- Ketersediaan atau kemudahan untuk memperolehnya
- Biaya, penggunaan media dimaksud untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi pembelajaran
- Kemampuan media, untuk belajar individual, kelompok kecil, kelompok besar atau massal.
- Karakteristik media yang bersangkutan
- Waktu, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih.
- Mutu teknis.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Susilana
(2009:204-205) yang mengartikan media dalam arti yang lebih luas yakni sebagai
sumber belajar mengemukakan beberapa kriteria dalam pemilihan dan penggunaan media.
Adapun yang menjadi kriteria dalam pemilihan media adalah:
- Ketepatan dengan tujuan pembelajaran.
- Dukungan terhadap isi materi pmbelajaran.
- Kemudahan memperoleh sumber belajar atau media yang akan digunakan.
- Keterampilan guru dalam menggunakannya.
- Tersedia waktu untuk menggunakannya.
- Sesuai dengan taraf berpikir siswa.
Adapun kriteria dalam penggunaan media
mencakup:
- Media atau sumber belajar yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan siswa.
- Media atau sumber belajar yang digunakan cukup memadai dengan memanfaatkan sumber belajar secara efektif.
- Isi dari media atau sumber belajar yang digunakan memenuhi syarat untuk menjelaskan materi yang akan disampaikan.
- Media atau sumber belajar yang digunakan mampu menarik perhatian siswa.
- Media atau sumber belajar yang digunakan mampu menjelaskan materi secara detail.
- Media atau sumber belajar yang digunakan telah memuat seluruh informasi yang akan disampaikan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
penulis menyimpulkan bahwa setidaknya ada tujuah kriteria yang harus
diperhatikan guru dalam penggunaan media pembelajaran, yaitu:
- Media yang digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran
- Media yang digunakan sesuai karakteristik materi pelajaran;
- Media yang digunakan sesuai dengan keadaan siswa;
- Kemampuan guru dalam menggunakan media;
- Media yang digunakan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;
- Media yang digunakan bervariasi dan inovatif;
- Media yang digunakan hendaknya cukup dikenal audience (siswa) atau bersifat kontekstual.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru
dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan, Bandung: Citra Adtya
Bakti.
Kemp. 1977. Intructional Design: a Plan for
Unit and Curriculum Development. New
York: Technology Publ.
Kemp, J.E. & Dayton. D.K. 1985. Planning
and Producing Instrutional Media (Fifth Edition).New York : Harper &
Row. Publishers. .
Mappire, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa,
Surabaya: Usaha Nasional.
Marimba,
Ahmad D. 1980. Pengantar Filsaf
at Pendidikan Islam. Bandung: PT. AlmaĆarif.
Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar
Biologi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Rohani, Ahmad. 1991. Pengelolaan Pelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sadiman, Arief S. 1993. Media Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Seels, Barbara B. dan Glasgow. 1990. Exercises
in Intructional Design. Columbus: Merril Publishing Company.
Seels, Barbara B. dan Rita C. Richey. 1994. Teknologi
Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya (Intructional Technology: The Definition
and Domains of the Filed) Diterjemahkan oleh Dra. Dewi S. Prawiradilaga, dkk.
Jakarta: UNJ
Smaldino, Sharon E.; Deborah L. Lowther; dan
James D. Russell. 2011. Intructional Technology and Media For Learning
(Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar) Diterjemahkan oleh Arif
Rahman. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Susilana, Rudi. 2009. “Sumber Belajar dalam
Pendidikan”. Dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian II : Ilmu Pendidikan
Praktis. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama (Halaman 197 – 220)
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi
Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cpta