Fungsi Manajemen Pendidikan. Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang
dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) menyatakan
bahwa Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan
organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat Fungsi utama yaitu
merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan
mengendalikan (controlling). Dengan demikian, Manajemen adalah sebuah
kegiatan yang berkesinambungan”. Sedangkan dari Stoner dalam T. Hani Handoko
(1995) mengemukakan bahwa: “Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan”.
Sedangkan Djam’an
Satori (1980yang melihat Manajemen dalam konteks pendidikan
menyatakan bahwa Manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah
administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama
dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien”. Sedangkan, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi
pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian
usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara
sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga
pendidikan formal”.
Lalu apa Fungsi menajemen? Berkenaan dengan
ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangann tentang berbagai
macam Fungsi-Fungsi Manajemen dari beberapa ahli, sebagai
berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat 4 (empat) Fungsi Manajemen,
yaitu :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) actuating (pelaksanaan);
dan
(4) controlling
(pengawasan).
Sedangkan menurut Henry
Fayol terdapat 5 (lima) Fungsi Manajemen,
meliputi :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing
(pengorganisasian);
(3) commanding (pengaturan);
(4) coordinating
(pengkoordinasian); dan
(5) controlling
(pengawasan).
Sementara itu, Harold Koontz
dan Cyril O’ Donnel mengemukakan 5 (lima) Fungsi Manajemen,
mencakup :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing
(pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan);
dan
(5) controlling
(pengawasan).
Selanjutnya, L. Gullick
mengemukakan 7 (tujuh) Fungsi Manajemen,
yaitu :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing
(pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan
staf);
(4) directing (pengarahan);
(5) coordinating
(pengkoordinasian);
(6) reporting (pelaporan);
dan
(7) budgeting
(penganggaran).
Untuk memahami lebih jauh
tentang Fungsi-Fungsi
Manajemen pendidikan, di
bawah akan dipaparkan tentang Fungsi-Fungsi Manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk
kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi: (1) perencanaan (planning); (2)
pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan (actuating) dan (4) pengawasan
(controlling).
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan
tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise
E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as the
proses by which manager set objective, asses the future, and develop course of
action designed to accomplish these objective. Sedangkan T. Hani Handoko (1995)
mengemukakan bahwa :
“ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam Fungsi ini.”
Arti
penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap
kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien
dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat
perencanaan bahwa perencanaan: (a) membantu Manajemen untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan; (b) membantu dalam
kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama; (c) memungkinkan manajer
memahami keseluruhan gambaran; (d) membantu penempatan tanggung jawab lebih
tepat; (e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi; (f) memudahkan
dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi; (g) membuat
tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami; (h) meminimumkan pekerjaan
yang tidak pasti; dan (i) menghemat waktu, usaha dan dana.
Indriyo
Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam
perencanaan, yaitu :
1. Penentuan tujuan
dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: (a) menggunakan kata-kata yang
sederhana, (b) mempunyai sifat fleksibel, (c) mempunyai sifat stabilitas, (d)
ada dalam perimbangan sumber daya, dan (e) meliputi semua tindakan yang
diperlukan.
2. Pendefinisian
gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumber
daya alam, dan sumber daya modal.
3. Merumuskan kegiatan
yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.
Hal
senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat empat tahap
dalam perencanaan, yaitu : (a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan; (b)
merumuskan keadaan saat ini; (c) mengidentifikasi segala kemudahan dan
hambatan; (d) mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian
tujuan.
Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.
Perencanaan
strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan
lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti
perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin
kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya.
Pada bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:
1. Penentuan
misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan
tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer
puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer.
Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau
masalah-masalah umum seperti macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau
cara pengoperasian perusahaan.
2. Pengembangan
profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan perusahaan
dan merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan
strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber
daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan menunjukkan kesuksesan
perusahaan di masa lalu dan kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang.
3. Analisa
lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam
apa perubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping
itu, perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para
penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan
lembaga-lembaga keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi
secara langsung operasi perusahaan.
Meski
pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik dalam konteks
bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini dapat diterapkan
pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena
memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan
internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar
dapat menjamin sustanabilitas pendidikan itu sendiri.
2. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi Manajemen berikutnya
adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa
: “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan
yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara
efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas
tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran
tertentu”.
Lousie
E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan pengorganisasian : “… as the act of planning and implementing
organization structure. It is the process of arranging people and physical
resources to carry out plans and acommplishment organizational obtective”.
Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada
dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat
dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan
dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang
mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan
dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas
dalam organisasi, diantaranya adalah : (a) organisasi harus profesional, yaitu
dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan
satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan
rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan (f)
organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Ernest
Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah dalam
proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan
total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang;
dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan
pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
3. Pelaksanaan (actuating)
Dari
seluruh rangkaian proses Manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan Fungsi Manajemen yang paling utama. Dalam Fungsi perencanaan dan pengorganisasian
lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses Manajemen,
sedangkan Fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang
berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam
hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran
anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin
mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari
pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan
dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara
optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal
yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa
seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa
yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan
manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas
lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan
kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam
organisasi tersebut harmonis.
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan
(controlling) merupakan Fungsi Manajemen yang tidak kalah
pentingnya dalam suatu organisasi. Semua Fungsi terdahulu, tidak akan
efektif tanpa disertai Fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E.
Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai :
“… the process by which manager determine wether actual operation are
consistent with plans”.
Sementara
itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995)
mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses
pengawasan, bahwa: “Pengawasan Manajemen adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan –
tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan
kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan
mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan
dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan
perusahaan.”
Dengan
demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan
agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah
tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak
penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
Selanjutnya
dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima
tahapan, yaitu : (a) penetapan standar pelaksanaan; (b) penentuan pengukuran
pelaksanaan kegiatan; (c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; (d)
pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan tindakan koreksi, bila
diperlukan.
Fungsi-Fungsi Manajemen ini
berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan
lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses Manajemen.
Dengan demikian, proses Manajemen sebenarnya merupakan proses
interaksi antara berbagai Fungsi Manajemen.
Dalam perspektif
persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif
dan efisien, maka proses Manajemen pendidikan memiliki peranan yang
amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di
dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola
secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses Manajemen yang
baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang
pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara
semestinya.
Dengan demikian, setiap
kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan
realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan
pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
Tags:
IlmuGuru