Sedangkan Slameto (1990:115) mengemukakan :Metode
resitasi terstruktur adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan
tugas kepada siswa untuk dikerjakan dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya
harus dipertanggungjawabkan kepada guru.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
metode resitasi terstruktur adalah pemberian tugas kepada siswa di luar jadwal
sekolah atau diluar jadwal pelajaran yang pada akhirnya dipertanggungjawabkan
kepada guru yang bersangkutan.
Metode resitasi terstruktur merupakan salah
satu pilihan metode mengajar seorang guru, dimana guru memberikan sejumlah item
tes kepada siswanya untuk dikerjakan di luar jam pelajaran. Pemberian item tes
ini biasanya dilakukan pada setiap kegiatan belajar mengajar di kelas, pada
akhir setiap pertemuan atau akhir pertemuan di kelas.
Pemberian tugas ini merupakan salah satu
alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus.
Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan
sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya
kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi
pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar tersebut. Rostiyah (1991:32) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan
seperti diatas, guru perlu memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran. Sumiati
Side (1984:46) menyatakan bahwa pemberian tugas-tugas berupa PR mempunyai
pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia.
Salah satu strategi belajar Bahasa Indonesiayang
baik adalah memperbesar frekuensi pengulangan materi/ dengan memperbanyak
latihan soal-soal sehingga menjadi suatu keterampilan yang dapat melatih diri
mendayagunakan pikiran.
Tampaknya pemberian tugas kepada siswa untuk
diselesaikan di rumah, di laboratorium maupun diperpustakaan cocok dalam hal ini,
karena dengan tugas ini akan merangsang siswa untuk melakukan latihan-latihan
atau mengulangi materi pelajaran yang baru didapat disekolah atau sekaligus
mencoba ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya, serta membiasakan diri siswa
mengisi waktu luangnya di luar jam pelajaran. Dengan sendirinya telah berusaha
memperdalam pemahaman serta pengertian tentang materi pelajaran.
Teori Stimulus-Respon (S – R) mendukung dalam
hal ini yaitu : Prinsip utama belajar adalah pengulangan. Bila S diberikan
kepada obyek maka terjadilah R. Dengan latihan, asosiasi antara S dan R menjadi
otomatis. Lebih sering asossosiasi antara S dan R digunakan makin kuatlah
hubungan yang terjadi, makin jarang hubungan S dan R dipergunakan makin
lemahlah hubungan itu (Herman Hudoyo, 1990 : 5).
Di dalam suatu kelas, tingkat kemampuan siswa
cukup heterogen, sebagian dapat langsung mengeri pelajaran hanya satu kali
penjelasan oleh guru, sebagian dapat mengerti bila diulangi dua atau tiga kali
materinya dan sebagian lagi baru dapat mengerti setelah diulangi di rumah atau
bahkan tidak dapat mengerti sama sekali.
Umumnya seorang guru mengatur kecepatan
mengajarnya sesuai dengan keadaan rata-rata siswa dengan beberapa penyesuaian
terhadap yang kurang mampu ataupun yang dianggap pandai. Walaupun demikian
kemungkinan sebagian besar siswa cara belajarnya belum sesuai benar, bagi
mereka masa belajar di kelas merupakan ajang untuk memulai materi. Pemberian
tugas-tugas untuk diselesaikan di rumah, diperpustakaan maupun di laboratorium
akan memberikan kesempatan untuk belajar aktif yang sesuai dengan irama
kecepatan belajarnya. Hal ini merupakan pengalaman belajar yang sejati bagi
individu yang bersangkutan.
Memberikan tugas-tugas kepada siswa berarti
memberi kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan yang baru saja mereka
dapatkan dari guru disekolah, serta menghafal dan lebih memperdalam materi
pelajaran. Peranan penugasan kepada siswa sangat penting dalam pengajaran, hal
ini dijelaskan oleh I. L. Pasaribu :Metode tugas merupakan suatu aspek dari metode-metode
mengajar. Karena tugas-tugas meninjau pelajaran baru, untuk menghafal pelajaran
yang sudah diajarkan, untuk latihan-latihan, dengan tugas untuk mengumpulkkan
bahan, untuk memecahkan suatu masalah dan seterusnya (I. L. Pasaribu, 1986:108)
Dalam memberikan tugas kepada siswa, guru
diharuskan memeriksa dan memberi nilai. Rostiyah (1991:113) mengemukakan bahwa
dengan mengevaluasi tugas yang diberikan kepada siswa, akan memberi motivasi
belajar siswa.
Adapun prosedur metode resitasi terstruktur
yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengajaran Bahasa Indonesiaantara lain
: memperdalam pengertian siswa terhadao pelajaran yang telah diterima, melatih
siswa ke arah belajar mandiri, dapat membagi waktu secara teratur, memanfaatkan
waktu luang, melatih untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk
menyelesaikan tugas dan memperkaya pengalaman di sekolah melalai kegiatan di
luar kelas (Sri Anitah Wiryawan, 1990:30).
Selanjutnya, metode resitasi terstruktur ini
dianggap efektif Imansyah Alipandie bila hal-hal berikut ini dapat dilaksanakan
yaitu : merumuskan tujuan khusus yang hendak dicapai, tugas yang diberikan
harus jelas, waktu yang disediakan untuk menyelasaikan tugas harus cukup
(Imansyah Alipandie, 1984:93). Sudirman (1992:145) dalam bukunya yang berjudul
“Ilmu Pendidikan” langkah-langkah yang ditempuh dalam pendekatan pelaksanaan
metode resitasi terstruktur yaitu :
1.
Tugas yang diberikan harus jelas
2.
Tempat dan lama waktu penyelesaian tugas harus jelas.
3.
Tugas yang diberikan terlebih dahulu dijelaskan/diberikan petunjuk yang jelas,
agar siswa yang belum mampu memahami tugas itu berupaya untuk menyelesaikannya.
4. Guru harus memberikan bimbingan utamanya kepada
siswa yang mengalami kesulitan belajar atau salah arah dalam mengerjakan tugas.
5. Memberi dorongan terutama bagi siswa yang
lambat atau kurang bergairah mengerjakan tugas (Sudirman, 1992 : 145)
Metode resitasi terstruktur mempunyai
kelebihan dan kelemahan dalam proses belajar mengajar. Adapun kelebihan metode resitasi
terstruktur adalah anak menjadi terbiasa mengisi waktu luangnya, memupuk rasa
tanggung jawab, melatih anak berfikir kritis, tekun, giat dan rajin. Sedangkan
kelemahan metode resitasi terstruktur antara lain : tidak jarang pekerjaan yang
ditugaskan itu diselesaikan dengan jalan meniru, karena perbedaan individual
anak tugas diberikan secara umum mungkin beberapa orang diantaranya merasa
sukar sedang yang lain merasa mudah menyelesaikan tugas itu dan apabila tugas
sering diberikan maka ketenangan mental pada siswa terpengaruh (Imanjah
Alipandie, 1984:92)