Satu prosesi yang menjadi banyak pertanyaan masyarakat dalam upacara kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus adalah saat menaikkan dan menurunkan bendera. Pasalnya, tanpa melihat bendera di atas tiang, pengerek bendera mampu menyelesaikan prosesi, tepat ketika lagu Indonesia Raya selesai.
Ternyata, Paskibraka memiliki rumus dan cara tersendiri, agar seluruh prosesi itu bisa mencapai titik sempurna. Bahkan, ada buku khusus, yang disiapkan bagi para anggota Paskibraka sehingga bukan hanya orang tertentu, tapi seluruh pasukan, bisa menaikkan dan menurunkan bendera.
"Ada rumusnya itu, mereka yang di Paskibraka tahu semua pasti," kata Marsda Sutrisno, Dewan Penasehat Paskibraka Nasional.
Menurutnya, ada dua cara dari buku tersebut untuk memastikan tarikan tali bendera, selaras dengan lagu Indonesia raya. Sekadar melatihnya setiap hari tak cukup untuk memastikan Prosesi penarikan bendera tepat.
Pertama, memastikan mat, yakni lirik lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan, berbarengan dengan tarikan. Langkah kedua, dengan memberi tanda di tali bendera.
"Kalau jumlah tarikannya, itu ada hitungannya sendiri. Tapi yang pasti, agar tidak salah tarikan dan nanti tepat meski tanpa melihat ke atas bendera, ada titik dengan warna tertentu di tali bendera. Kalau pengerek Bendera melihat ke atas, ya bisa pusing dan nggeblak," terangnya.
Jumlah titik itu nantinya yang akan menselaraskan tarikan, dengan lagu Indonesia raya, sehingga tidak terjadi kesalahan. Begitu juga dengan posisi tali bendera ke tali tiang bendera, sehingga ketika ditarik tidak terbalik benderanya.
"Ini prosesi yang besar, ya tegang, ya deg-degan, itu pasti. Semua itu dilakukan (memberi tanda) agar tidak terjadi kesalahan, dan prosesi bisa sempurna.
Titik di tali tiang bendera setinggi 17 meter tersebut ada dua warna. Biru, untuk menandai tarikan saat upacara penaikan bendera pada pagi hari. Kemudian titik merah, untuk upacara penurunan bendera pada sore hari.
Ada Tanda Juga di Lapangan Upacara.
Selain tanda di tali bendera dan tali tiang bendera, ada juga tanda yang ditempatkan di lapangan, sehingga seluruh pasukan, saat di depan tiang bendera, posisinya bisa tepat dan tidak miring sedikitpun dari tiang bendera.
Tanda itu tidak begitu terang di atas lapangan, hanya para Paskibraka yang bisa membaca tanda berupa simbol tersebut.
"Karena itu tidak boleh Paskibraka buta warna, harus paham simbol dan tidak minus, sehingga dari jauh, tanda itu sudah bisa terlihat. Hanya mereka yang tahu arti tanda itu," lanjut eks Komandan Pasukan Paskibraka pada upacara bendera tahun 1977 tersebut.
Tak cukup hanya tanda, Paskibraka juga berlatih di lapangan PP PON Cibubur, untuk memuluskan setiap langkah, titik belok, hingga titik berbalik sehingga semua gerakan terlihat sempurna.
Lapangan dbuat layaknya miniatur lapangan di Istana Negara. Ukuran dan belokan, jumlah tangga sampai jarak tangga ke jalan, juga dibuat sama persis. Dengan begitu, saat prosesi upacara kemerdekaan, gerakan, jumlah langkah, dan posisi Paskibraka, semuanya sudah matang.
"Semua dilakukan untuk menekan kesalahan. Sisanya, kembali lagi kepada Paskibrakanya sendiri," tegas purnawirawan TNI AU tersebut.